Selasa, 15 Mei 2012

Penolakan untuk kebaikan

Jakarta dan manusia dengan segala hal yang menghiasinya. berkerja disalah satu majalah komunitas yang cukup dikenal membuat saya mengerti satu hal, impian dan kenyataan sering saling bertolak belakang.
" Ini pekerjaan impian aku Yank." Itulah hal yang saya katakan pada calon pasangan hidup saya ketika kali pertama saya mendapatkan kabar bahwa saya diterima bekerja disana.
datang dengan wajah sumringah berbekal kemampuan pendekatan yang baik, masalah adaptasi adalah hal mudah untuk saya atasi jika itu dinilai sebuah masalah, biasanya begitu. Tapi disini, SULIT...... Mungkin pak Mario Teguh akan mengatakan bahwa saya LEBAY, tapi memang benar bahwa semua hal yang saya dapat disini sungguh membuat semua kemampuan sosial saya menurun hingga level terendah. satu-satunya hal yang naik dalam diri saya adalah, kemampuan administrasi dan pendistribusian majalah dan mengalirkan emosi pada titik terendah yaitu mengeluh. jelas bekerja tanpa selingan membuat kepala seolah meminta hantaman untuk menghentikan rasa sakit, akhirnya. namun itulah hidup, Tidak semulus seperti yang diharapkan. hidup selalu berbicara tentang misteri, bagaimana akhirnya, hanya Tuhan yang tahu.
seperti niat baik yang tidak selalu berakhir baik, dijakarta niat baik seperti kotoran, jika didekati akan terasa bau, sedang jika dijauhi sebenarnya kotoran itu kita sendiri yang memproduksi. pernah mengalami kehangatan yang kita berikan berakhir dengan cercaan? saya mengalaminya, menyakitkan tapi saya mendapatkan hikmah dari kejadian menyakitkan itu.
pagi itu seperti biasa, suasana kantor dipagi hari begitu panas, bukan karena udara tapi karena orang-orang yang memiliki masalah dihari sebelumnya tertuang dihari ini. salahku, terlalu hangat pada setiap orang, hingga tak sengaja kutepuk pundak salah satu bagian administrasi keuangan di akntor ini dan berkata " Mbak, ini kwitansinya." dengan muka garang orang yang kusapa tersebut berkata, " BISA TARO DULU NGGAK?!!!" sungguh hal tersebut membuatku sakit. dengan sikapnya itu, aku punya dua pilihan. Satu, marah dan memakinya, berkata HEI, LO GUE BANTU KALEEEEE..... atau diam dan menahan sakit. semua temanku tau, aku pasti memilih cara kedua. karena ya, memang aku pengecut. aku tidak membalas untuk penghinaan-penghinaan orang terhadapku dengan tindakan frontal kecuali sudah keterlaluan. tapi dari sini ada satu kalimat yang tercipta di otakku "jika kebaikan yang datang padamu kau tolak maka yang akan rugi tak lain adalah dirimu sendiri", bagaimana mungkin kebaikan yang sepele seperti menyapa dengan hangat saja bisa ditolak? maka ketika rejeki besar datang sikapnya pasti tidak akan berbeda. maka tunggu saja penyesalannya. itu adalah pembalasanku atas rasa sakit pagi ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar