Jumat, 07 Oktober 2016

Kehancuran

Seorang wanita yang berasal dari kehancuran maka dia akan menilai dirinya begitu rendah,  banyak wanita yang datang dari kehancuran menjadi sosok yang berantakan berandalan atau nama-nama lainnya. Jika pun dia selamat dari identitas yang terbawa dari kehancuran, dia akan tetap menjadi pribadi yang rendah.
Karena ketidakpercayaan dirinya itu dia cenderung mudah merendahkan orang lain dikarenakan dia takut dirinya tidak mampu menyaingi siapapun karena dirinya yang begitu rendah, setiap saat dia menjadi begitu ketakutan karena beban kehancuran yang dia bawa dari awal hingga entah kapan, dia seseorang yang hancur karena ditinggalkan cenderung tidak percaya bawa dirinya cukup berharga untuk dipertahankan, sehingga dia menjadi seseorang yang benar-benar tidak berharga karena caranya menjaga miliknya cenderung merengkuh erat dan menyiksa karena kemarahan-kemarahan yang dia lontarkan bukan pada orang-orang yang mencintainya tapi kepada masa lalu yang tidak pernah mampu dia tinggalkan.

Rabu, 25 Mei 2016

Tidak Sejenak

Taukah kamu apa yang kurasakan saat ini, rasa yang sempat aku lupa, kosong, sedih dan sakit
aku sempat lupa bahwa dulu rasa ini seperti bersahabat
aku fikir akan melemah dan bertahan
tapi aku tetaplah aku yang terlalu kuat pada sakitku
hingga sepertinya semua yang ku genggam akan hancur lalu hilang
dulu sekali ada seseorang yang mengajarkanku apa itu kehilangan
lalu aku mengerti semua yang kumiliki bisa saja pergi dan tak pernah kembali atau jikapun kembali akan ada lubang yang tersisa
itu membuatku menggenggam erat yang kumiliki
karena aku tau seperti apa menahan sakitnya ditinggalkan
aku menceritakannya padamu bukan
bahwa aku butuh seseorang yang cukup kuat untuk menghadapiku dan sakitku
harusnya kau katakan bahwa kau begitu lemah untuk bertahan
kau tidak akan terlalu kuat untuk bertahan
hingga kita tidak perlu berjalan sejauh ini
dan kelelahan lalu berhenti

Selasa, 24 Mei 2016

Selesai

Sampai saat ini aku tetap percaya bahwa hati memilih sendiri apa-apa yang ingin dilakukan atau dikatakan, seperti ketika hatiku memilihmu.
Tapi hatiku tidak cukup pintar untuk mengertimu
Hatiku tidak cukup baik untuk menerima semua kekuranganmu
Seperti hatimu yang tidak cukup kuat menghadapiku
Ketika semua terasa berat tidak bisakah tetap bertahan saja disisiku walau aku mendorongmu menjauh
Lupakah kau bahwa ada begitu banyak luka didalamku
Lupakah kau bahwa semua berat sekali hingga kakiku sampai disini
Bahwa tidak banyak hal yang mampu kukatakan saat ini, karena waktu telah banyak menceritakannya padamu, entahlah engkau yang tidak mendengar atau kau terlalu bosan untuk mengingatnya.
Aku dan lukaku, bukankah itu seperti sebuah penyakit yang menempel terus didalamku
Aku tahu akan sulit untukmu menggenggamku, karena aku tidak memiliki jari jemari yang cukup lemah untuk dipegang, tapi bukan berarti aku tidak membutuhkan tanganmu
ketika itu, aku melihatmu dari punggungmu, taukah kau bahwa di bahu itu lah harapan ku gantungkan, apakah terlalu berat hingga kau tidak mampu mengangkatnya, selemah itu kah kau menghadapiku.
Aku dari sini mengabaikan semuanya, masa depan seperti hanya sebuah kenangan, cerita dongeng anak pendamping tidurnya, aku tidak memiliki keinginan untuk sampai padanya karena aku tahu disana, hanya ada. sakit....

Rabu, 11 Mei 2016

Lulus

Kenapa harus corat-coret seragam? Kenapa harus robek-robek baju seragamnya? Kenapa harus berlagak menghina menunjukan (maaf) bokong, kenapa? mungkin semua itu adalah bentuk kebebasan yg selama ini mereka inginkan, bentuk terlepasnya dari keterikatan kewajiban yg di ciptakan orang tua, sekolah terasa seperti penjara, begitu lulus robek bajunya, (maaf) tunggingkan guru2nya, nodai seragamnya, mari berlaku seperi monyet lepas kandang, kenapa semua yg dilakukan seperti tahanan yg dibebaskan dri penjara, tahanan yg di vonis bersalah krn berumur cukup untuk sekolah dan akhirnya dipenjara selama 3 tahun dengan kewajiban berlaku baik, belajar keras dan diperintah sesuai kurikulum, mereka tidak salah, karena mereka dipaksa sekolah atau terpaksa sekolah, sebagai seorang yg memohon, merajuk menyembah ibu supaya dilanjutkan sekolah sampai lulus SMA dan mama bilang tidak, sebagai seorang yg berjanji akan rangking sampai lulus mama tetap bilang tidak, mama bilang ketika itu tidak ada uang untuk lanjut ke kelas 3 SMA, aku menangis sejadi2nya, aku meraung-raung kepada Tuhan, aku ingin lulus SMA, lalu aku mengancam mama, bahwa aku tidak akan makan, minum atau kalau bisa tidak akan bernafas kalau mama tidak mati2an cari uang untuk aku melanjutkan kelas 3 SMA, akhirnya mama jual satu-satunya barang berharga yg menghubungkan kami dg seseorang yg seharusnya bertanggung jawab pada pendidikanku, aku naik ke kelas 3 SMA, aku menepati janji ke mama aku lulus dan mendapat rangking 1 berturut2 selama 2 semester dikelas 3, aku tidak merobek baju seragamku, tidak menunjukan bokongku dan begitu sedih krn harus pergi dari yg benar2 kuinginkan 1 tahun yg lalu, aku menangis meninggalkan sekolah yang kuperjuangkan mati-matian, melepas seragam yg begitu aku cintai dan berpisah dg guru2 yg begitu mulia, kenapa begitu? karena AKU INGIN SEKOLAH, jadi mulailah bertanya, apa yang benar2 mereka inginkan, hingga ketika mereka dapatkan mereka tidak akan berani bahkan menginjak ujung roknya.