Rabu, 09 September 2009

muka kanvas

Hidupku adalah pedalaman karakter, bagaimana setiap harinya kulukis untuk beradaptasi pada semesta

wajahku tak pernah menampakan hal yang sama, selalu berbeda pada titik yang lain

ini adalah caraku untuk bertahan hidup, bukan dari serangan musuh atau perebutan kekuasaan

ini benar-benar kembali pada kebutuhan dasar kami

hanya butuh makan untuk lapar dan minum untuk dahaga

aku tak menjual penderitaan

tak menjual kegemilangan 

tak tak menjual belas kasihan

dan tak menjual cucuran air mata

yang kujual adalah ikhtiarku yg memaksa untuk mengenyampingkan hak karena kewajiban

mereka bilang aku terlalu angkuh 

mereka bilang aku pendendam 

dan mereka bilang aku terlalu tinggi memandang

hanya itu yang mereka tau

mereka tidak pernah tau saat aku berada di posisi terendah di muka bumi ini

mereka hanya tau satu 

bagaimana membagi kesenangan dan bagaimana membiarkan kesusahan

aku tak perduli karena aku bukan mereka.

Sendiri

hari ini aku kesakitan, sungguh sangat sakit. aku kira mampu menghadapi ini.

sesuatu yang sudah aku tau pasti akan datang, tapi tetap saja aku tak bisa menahan

saat semua terasa sia-sia aku menatap disini menahan perih

dia katakan cinta pada wanita istemewanya

aku berhenti bernafas saat mendengarnya

bukan aku membenci wanita itu

bukan aku tidak ingin berbagi atas yg bukan milikku

tapi karena aku dan hatiku terpenjara dalam rasa yang abadi

aku ingin lari tapi aku tak mampu meninggalkan mimpi

aku ingin tinggal tapi aku tak mampu berpijak

terpaan cahaya disetiap senyumnya memaksa hatiku untuk tetap disini

aku sudah berusaha untuk pergi 

tapi tak mampu

meminta tolong atas sakitku pada Yang Mencipta

aku masih berjuang, takkan kubiarkan siapapun masuk kedalam hatiku sampai aku benar-benar melupakan betapa aku tidak pernah berhenti memiliki kenangan disini, sendiri 

Selasa, 08 September 2009

tersentak Senja

Aku akan menghangatkan hatiku dengan diam 

mengusap peluhku dengan ikhlas 

menahan air mataku dengan senyum

aku tahu tak ada jalan kembali untukku, saat itu

tapi saat ini untukmu pun tak ada jalan kembali

karena semua sudah berakhir

aku memang bermusuhan dengan kenyataan dan aku berlindung dihatiku

salah memang, tapi itu yang menguatkanku

kau pernah datang, mengisi hariku dengan bahagia sendiri

dan kau pergi dengan meninggalkan lubang yang entah kapan akan kembali sempurna

aku menerima dengan lapang karena kita sama-sama makhlukNya dan dia pun sama

aku mencintai kaum ibu, dan aku pernah salah karena buta akan kecemburuan yg dalam

aku menyerah pada keadaan dan rela terjebak dengan nasib

hanya untuk kondisi ini.

Senin, 07 September 2009

Munafik

Mengukuhkan diri menganggap arti tak dimiliki, lembut bukan caranya, kosong jati dirinya

berkata tidak entah dalam hati apa? yang ditunjukan betapa pecundangnya dia di keramaian

berkata tidak untuk pendustaan yang dilakukan

MUNAFIK KAH INI???

entahlah hanya TUHAN yang tau

lahir dari rahim seorang ibu tapi tak bisa mencinta kaumnya dengan baik

cinta hanya sumpah dijemarinya

pembuangan terakhir tak lebih tinggi dari penyembahan terhadap berhala di jaman pembodohan.

merasa hak dari yang berhak

ingin menatap senja hati terasa malam, menggapai bintang keinginan sejatinya

tak pernah terbayang baginya bahwa hidup begitu menyesakkan

perih menahan hujatan, berlindung dengan ranting rapuh ditangan

bangga bukan kehendaknya, jiwa terpana akan kemilau yang ditebarkan makhluk fana

apa dihati tak tersampaikan, hanya menahan setiap hentakkan dengan kedua tangan

tak tertutup sempurna dan jiwa memang merana

MERASA HAK DARI YANG PALING BERHAK

sibuk menjulurkan tangan, seolah perduli, seolah empati atau apapun bahasa duniawi

tak sadar ia ini hanya ikatan kuat pada kata tak ingin tinggal namun genggaman tak pernah lepas

INIKAH EGOIS???

aku dan jiwaku menyerah pada prasangka akan kebijaksanaan yang terbukti kosong

inikah yang dunia mau??? 

terbuai angan akan nyanyian usang sang pelantun tak berdaya 

hanya luka yang berdawai dari setiap liriknya 

dari kata yang paling agung di sebut cinta aku bergumam, kau tidak punya hak dari yang berhak.

Sabtu, 05 September 2009

wanita ini

saat diri merasa kerdil hanya mampu menghindar entah apa yang dihindari seorang gadis, terseok menanti keajaiban datang walaupun ia tau keajaiban itu  semu sesemu amarah yang terbesit dalam benak mu akan ku. 

kita berdiri dalam satu pijakan dan kau mengdorongku perlahan, aku tau kau takkan membiarkan ku terjatuh karena harga dirimu kau simpan dalam-dalam untuk makhluk lemah sepertiku DALAM BENAKMU.

Kamis, 03 September 2009

kami hanya kaum hawa

Pagi ini berjalan sendiri bersama jiwa dan hati yang merangkai mimpi, bukan kami mengejar harta yang tak berarti, bukan kami mengejar cinta dari raga yang tak berdaya, kami hanya kaum hawa bersandar pada hak, kewajiban kami usung diatas kepala, kami akan kembali, tapi saat kami pergi kami terseok karena di caci dan di maki, kami dianggap pendusta, berkhinat pada kodrat dan mereka hanya menaruh kami di kaki, disimpan dikantung-kantung penistaan. saat kami mengeluh kami hanya satu, tapi saat kami berjuang kami bukan satu. tak ingin aku lari dari indahnya bergantung, tapi saat tidak ada lagi yang menafkahi kami, hanya tangan dan kaki yang kami miliki karena otak kami hanya diisi dengan buaian semu. jangan melihat kami dengan tatapan itu, tatapan yang mengingatkan kami akan layla yang membuat majnun menjadi gila, mengingatkan kami akan cleopatra yang membuat Caesar terhina. 
karena kami hanya kaum hawa